Guru Merdeka!



Membumikan mimpi menjadi frase yang lumayan menohok akhir-akhir ini. Mimpi memang seharusnya mengawang. Jauuuh tinggi dan sulit diraih. Dengan begitu, selayaknya lantas kita menjadi lebih semangat dan berusaha keras menurunkannya hingga berpijak. Dan terwujud.

Menyatukan cita-cita dan tujuan seringkali diteriakkan. Lalu berharap dengan cita-cita dan tujuan yang sama, kita semua akan menjadi lebih baik dan mungkin saja sejahtera. Tapi cita-cita dan tujuan yang sama hanyalah omong kosong, ketika kita meributkan cara menggapainya.

Memilih menjadi pendidik adalah langkah kecil yang begitu beratnya. Guru masih selalu dipandang kecil dengan kemudian predikat ini disesuaikan dengan penghasilannya. Dan predikat ini menjadi luar biasa besar dan jadi berat saat banyak pihak melihat produk yang dihasilkannya.

Pendidik yang belajar masih angan-angan. Keseharian yang dirubungi dengan administrasi yang kehilangan makna karena dibuat untuk formalitas saja.

Membuat administrasi ini menjadi proses pengembangan diri adalah keharusan. Menikmatinya sebagai bagian pembelajaran untuk diri sendiri adalah kemerdekaan.
Bukankah pendidik diminta menghasilkan generasi yang belajar?

Lalu pertanyaannya adalah, seberapa merdeka kita sebagai guru untuk belajar?
Belajar dari generasi yang kita siapkan untuk hidup di zaman yang mungkin kita tak akan sempat kita nikmati.
Belajar untuk terus berkembang sebagai pribadi.
Bukan hanya manusia-manusia yang menjalani rutinitas, lalu pergi dan mati.

Belajarlah untuk bersuara. Sampaikan bahwa dengan kedua tangan ini kami bisa. Membuat kegiatan yang bermakna dan membuat generasi itu pantas mengalirkan jariyah ketika kita sudah tiada.

Belajar untuk hidup, berkembang dan membuat sesuatu yang dapat kita tinggalkan sebagai warisan. Bukan hanya duduk, diam, mengangguk, dan pergi ketika jenuh. Dan lari ketika kesanggupannya diragui.

Selamat Hari Guru, Guru Indonesia.
25112016

Comments

Popular posts from this blog

Insecure

Cara mengoles racun kodok di mata panah 😫

Waktu Bunda kecil emang dipanggilnya bukan bunda?