Posts

Showing posts from December, 2016

2016 dan John Legend

Image
                   It'll soon be over. Yup! 2016 sebentar lagi hanya tinggal cerita. Jadi mumpung belum ditutup tahunnya, cerita sepanjang tahun ini harus didokumentasikan. Karena apa? Karena 2016 adalah tahun yang luar biasa cetar membahana gempa melanda. Mobil yang terparkir di halaman tidak akan mungkin berubah arah. Jelas dong. Kan cuma parkir. Tapi begitu dinyalakan, wuuss... rasanya malah ga mau berhenti. Begitulah kira-kira awal 2016. You'll never know that you can be that fast untill the time comes. Kemudian serbuan stimulus di kepala seperti membangunkan beruang yang sedang hibernasi. Beruang yang menunggu terlalu lama untuk memulai. Sayangnya semangat yang menggebu-gebu malah merubah mobil di parkiran tadi jadi mobil balap. Terus berlari. Berlari. Dan berlari. Bahkan peringatan untuk mengendurkan laju ban tidak diindahkan, sampai lahirlah benturan demi benturan. 2016 adalah tahun penuh tangisan. Tahun ketika kata stress memiliki rasa lebih hebat dari makna yan

Kamukah itu?

Image
Seorang bapak berusia senja setengah berlari menghampiri petugas penjaga stasiun. Dari tempat saya bersandar, tidak begitu jelas apa yang dikatakannya. Tapi wajahnya terlihat begitu panik. "Ga ada disitu... ga adaa", hanya itu yang cukup jelas terdengar. Karena kata-kata itu diucapkan penuh penekanan dan dengan sedikit berteriak. Petugas penjaga belum lagi sempat menjawab, ketika dari ujung peron seorang ibu yang tak lagi muda datang tergopoh-gopoh, sambil setengah berteriak "Paaak... paak...". Buku yang saya baca, sudah saya tutup sejak bapak tadi menghampiri petugas penjaga. Berharap saya cukup fokus mendengar apa yang dikatakannya. Tapi bahkan sampai si ibu datang, tidak juga jelas percakapan mereka. Lalu, wajah keduanya terlihat lega. Dengan mulut yang masih mengoceh bersamaan, tangan keduanya saling mengusap punggung masing-masing. Hei! Tetiba novel yang bercerita tentang mahasiswa Indonesia di Jepang ini menjadi kalah menarik. Saya tidak tahan un

Sedekat apa hatimu dan hatiku?

Image
Konon bunda Teresa memandikan anak gelandangan ditepi sungai Gangga. Ia melihat ada keluarga yang sedang bertengkar, saling berteriak. Ia berpaling ke murid2nya dan bertanya: "Kenapa orang suka saling berteriak kalau sedang marah?" Tanya bunda Teresa. Salah satu menjawab: "Karena kehilangan sabar, kita berteriak." "Tetapi, kenapa harus berteriak pada orang yang ada di sebelahmu? Kan, pesannya bisa juga sampai dengan cara halus?" tanya Murid2 saling adu jawaban namun tidak ada satu yang mereka sepakati. Akhirnya sang bunda bertutur: "Bila 2 orang bermarahan, hati mereka sangat menjauh. Untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar terdengar. Semakin marah, semakin keras teriakan karena jarak ke 2 hati pun semakin jauh." "Apa yang terjadi saat 2 insan jatuh cinta?" lanjutnya. "Mereka tidak berteriak pada 1 sama lain. Mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan. Jarak antara ke 2 hati

Yang aku lihat dan kenyataannya ...

Image
Aku melihat hidupnya begitu indah, Ternyata ia hanya menutupi keluhan. Aku melihat hidupnya tak ada pedih, Ternyata ia hanya menutupi dengan mensyukuri. Aku melihat hidupnya tanpa ujian, Ternyata ia begitu menikmati badai ujian. Aku melihat hidupnya sempurna, Ternyata ia hanya menjadi apa adanya. Aku melihat hidupnya beruntung, Ternyata ia tunduk pada Allah untuk bergantung. Aku belajar memahami, Mengamati setiap hidup orang yang aku temui, Ternyata aku yang kurang mensyukuri, bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung seperti yang aku miliki. Dan satu hal yang aku ketahui, Bahwa Allahu Rabbi Tak pernah mengurangi, hanya akulah yang masih setia mengkufuri Suratan Ilahi... Maka jangan iri hati dengan Rejeki orang lain, Mungkin kau tak tau dimana rizkimu, Tapi rizkimu tau dimana dirimu Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah memerintahkannya menujumu. Allah menjamin rizkimu, sejak 4 bulan 10 hari kau dalam kandungan ibumu. Amatlah keliru bila ber

Tentara macam apa saya?

Image
Al Arwaahu junudun mujannadah. Ruh ibarat tentara yang berbaris. Setiap ruh akan berkumpul dengan yang serupa dengannya. Saya ga ingat kapan dan siapa yang pertama kali mengenalkan hadits ini. Hadits imam bukhori muslim, muttafaqun alaih. Shohih. Hadits ini seringkali menyadarkan saya. When I feel I'm not belong in some place atau ketika saya bingung setengah mati kenapa hal yang begitu sederhana tetapi sebegitu beda penafsirannya. Ruh itu suci. Kecenderungan yang dimilikinya haruslah (pastinya) murni. Ga ada muatan apa-apa. Jujur karena rasa kecenderungan untuk bersama. Kemudian saya jadi berpikir, ruh macam apa yang Allah tiupkan ke dalam jasad saya. Tapi saya ga bisa jawab. Mencoba so iye yakin kalo ruh ini saya jaga keasliannya, tapi makin dipikir makin ga yakin. Karena ruh yang terjaga keasliannya, pasti ideal pemikiran maupun lakunya. Dan saya jauh dari itu 😣 Lalu saya berpikir, jika ruh berkumpul dengan yang serupa, dengan siapa saya berkumpul selama ini?

Yang kamu baca itu pasti salah!

Image
Nadya : aku juga baca, di beberapa negara ada tradisi adik itu ga boleh nikah duluan. Bunda : jadi harus kakaknya duluan? Nadya : iyaa... Nuna : kamu baca dimana itu? Nadya : di majalah yang dibeliin bunda ( emak mulai mikir keras... emang eykeh beliin majalah aposee?) Nuna : emang siih... aku belum pernah baca buku di perpustakaan kayak kamu. Tapi yang kamu baca itu pasti salah. Bunda : kok salah nun? Nuna : iyaa... harusnya adek dan kakak itu nikahnya emang beda tangan. Bunda : beda tanggal kalii.. Nuna : iyaa beda tanggal. Adeknya hari ini, nanti kakaknya berapa hari lagi. Bunda : jadi maksudnya kamu duluan yang nikah? Nuna : iyalah! Eeeaaa...! Emak dan kakak nyengiiir 😅😆 Ooh... indiahee, kau aca aca hatikuu

Cara mengoles racun kodok di mata panah 😫

Image
Masih soal Kodok! (Part 2)                       ---------------- Bunda : populasi kodok ga beracun kurang dari kodok beracun karena kodok ga beracun dimakan ya nad? #Nadya : sebenernya kodok beracun bisa berkurang juga populasinya. Ada orang yang pakai racun kodok untuk oles mata panah yg dia pakai untuk berburu hewan. Bunda : eh, cara ngambil racunnya gimana? Kodoknya dicolok2 pake mata panah gitu? (Maapkan imajinasi emak yg horor ajah 😣) Nadya : bukaan... kodoknya diambil pakai daun yang tebel gitu. Dimasukin ke dalam tas, trus kalo orangnya mau panah hewan buruan, diolesin aja mata panahnya. Bunda : iyaa ngolesnya gimana? (Sejujurnya saya bayangin ngolesnya kayak ngoles selai di roti gitu lho... 😑) Nadya : ya dioles ajaa... racunnya kan di lendir yang di kulitnya. Oles oles aja. Bunda : nah, itu kodok ga mati gitu? Nadya : nggaa... cuma dioles-oles... nanti dilepasin lagi. Bunda : oooh.. trus hewan yang diburu gimana kalo kena racunnya? Nadya : ada yang

Kodok beracun vs Kodok ga beracun

Image
Simak obrolan Nadya dan Bunda soal kodok yaa... 😊                         ---------------------- #Nadya : bunda tau kodok itu ada yang beracun dan ga beracun? Bunda : pernah denger sih, Nad. Tapi aku belum terlalu ngerti.. (yaelah ni anak ngomongin kodok bada isya 😣) Nadya : iya bun. Jadi kodok yang beracun itu dua kali lipat jumlahnya dari yang ga beracun. Karena mereka makannya banyak, melebihi ukuran tubuh mereka sendiri (- emak rada baper bagian kalimat ini... huhu..-) dan mereka berkembang biak terus. Bunda : lho... mereka beracun karena banyak makan dan terus2an berkembang biak? Nadya : bukaaan... mereka mah udah beracun dari Allah ciptain. Maksud aku, mereka jumlahnya dua kali lipat dari kodok yang ga beracun karena banyak makan dan berkembang biak. Bunda : oooh... (duh... ni bahasan kodok dulu sekola kls berapasi?!) Nadya : nah yang ga beracun itu populasinya sedikit karena mereka dimakan. Iyaa... ada orang yang suka makan kaki kodok.. (dg muka penuh ta

Bacain yasin ni!

Image
Disclaimer : bacaan berikut mengandung kemungkinan membuat mual, darting dan baper lapislapis. Jika anda memiliki sensitivitas eneg yang tinggi, disarankan untuk menutup halaman ini dan berlalu. Seriously. Beberapa orang memilih untuk mencari pembenaran untuk ketidakmampuannya mengejar langkah beberapa orang yang lain. Ketimbang mengakui dan menemukan langkah-langkah yang tepat untuk dapat mengejar, dia akan berusaha menawarkan jalan lain. Bayangkan sekelompok orang yang berlari bersama untuk mengejar ufuk di ujung jalan sana. Ada beberapa orang yang tertinggal di belakang, pastinya. Which is itu biasa banget ketika lo bergerak barengan dengan banyak orang pada saat yang sama. Perubahan itu bukan perlombaan, lho. Perubahan itu perjalanan yang pasti akan dimaknai berbeda oleh tiap orang. Pelajaran yang didapat di dalamnya personal bingit. Jadi ketika ketinggalan, harusnya pake logika aja. Ga usah baper berlebihan pake mendramatisasi semua. Dramatisasi? Kalimat-kalimat : ga bis

Barisan Air Manis

Image
Duduk dalam lautan putih semua nampak serupa. Tapi tiap anggota tubuh, tiap helaan nafas, tiap langkah, bahkan debu yang beterbangan dalam 300 kilometer itu pasti bersaksi. Kyai dan santri-santri Ciamis berhasil menorehkan ghiroh yang luar biasa dalam. Terlalu dalam hingga lisan menjadi kelu. Hanya isak tangis tertahan bahwa ketundukan mereka menampar rasa keimanan yang mungkin mulai lusuh. Sami'na wa atho'na. Saya dengar dan saya tunduk. Perintah ulama disikapi dengan satu kalimat. Tanpa tanya. Hanya iya. Mereka yang terpilih untuk mengingatkan kita semua bahwa kekuatan hati jauuh tak tertandingi dari semua kekuatan yang bisa terpikirkan oleh akal manusia. Menjelang 2 Desember bombardir isu semakin tajam. Harus saya akui, semangat menciut dan rasa ragu aksi ini akan terjadi semakin membesar. Sampai 27 November berita mulai berjalannya mereka bermunculan. Jalan kaki. Dari tempat yang jauh. Nun tinggi di sana. Dengan penampilan yang biasa saja. Tidak dengan per

Enjoy! You are in the kampretzon 😱

Image
Resiko itu selalu ada. Kata kerennya tuh konsekuensi. Dia berteman akrab banget dengan semua yang kita putuskan, lakukan, katakan, kankan. Karena resiko ini teman seiring sejalan, maka akan bagus banget kalo dijembreng rapii sebelum semua kankan itu dimulai. Semakin detail semakin bagus. Pengamatan yang baik, identifikasi masalah yang runtut, rencana yang rapi dan dilengkapi dengan milestone yang rinci ini udah paling bener. Misal kamu mau lompat dari lantai 5 sebuah gedung. Jangan tanya untuk apa. Pokoknya harus dikerjain. Akan indah cetar membahana dubidubidam kalo kasur 7 tumpuk sudah tersedia di bawah sana. Eh trampolin kayaknya lebih pas 🤔 Nah, perubahan yang menyakitkan itu juga begitu. Resiko sakit yang akan mendera. Resiko dibuang dan tidak dipercaya. Resiko kehilangan semuamuanya harus dijejer barengan dengan perubahan yang diharapkan. Tetapkan tujuan, jembreng resiko yang mungkin muncul kemudian, tetapkan milestones (gayalah guweh so iye pake kata ini. Endonesahny