2016 dan John Legend

                  
It'll soon be over. Yup! 2016 sebentar lagi hanya tinggal cerita. Jadi mumpung belum ditutup tahunnya, cerita sepanjang tahun ini harus didokumentasikan. Karena apa? Karena 2016 adalah tahun yang luar biasa cetar membahana gempa melanda.

Mobil yang terparkir di halaman tidak akan mungkin berubah arah. Jelas dong. Kan cuma parkir. Tapi begitu dinyalakan, wuuss... rasanya malah ga mau berhenti. Begitulah kira-kira awal 2016. You'll never know that you can be that fast untill the time comes.

Kemudian serbuan stimulus di kepala seperti membangunkan beruang yang sedang hibernasi. Beruang yang menunggu terlalu lama untuk memulai. Sayangnya semangat yang menggebu-gebu malah merubah mobil di parkiran tadi jadi mobil balap. Terus berlari. Berlari. Dan berlari. Bahkan peringatan untuk mengendurkan laju ban tidak diindahkan, sampai lahirlah benturan demi benturan.

2016 adalah tahun penuh tangisan. Tahun ketika kata stress memiliki rasa lebih hebat dari makna yang selama ini dikenal. Tahun ketika sakit kepala bisa bertahan berminggu-minggu dan berbulan-bulan lamanya.

"Jangan melulu kenceng, bisa sakit jiwa", katanya. Edan! Tahun ini juga pemikiran soal sakit jiwa jadi sebegitu dekat.
I have to go t h  i i i i s s  s l l o  o o w w ....

Air mata jadi makanan sehari-hari. Dibarengi dengan gemetar hebat, dan tertidur setelah menenggak 2 butir paracetamol. Berangkat dengan kepala penat. Dan dengan bodohnya yang keluar malah kalimat "I wont give up". Padahal air mata mbleber kemana-mana. "Now or never, I wont wait another years". Dan petantang petenteng belaga seperti semua baik-baik saja.
Lalu pantaslah predikat 'stubborn' menempel dengan lengketnya.

Ada yang bilang itu 'grit'. Tapi sepertinya lebih ke 'I have no choice'.
Ada yang bilang itu 'persistence'. Tapi lebih mirip 'kepala batu'.
Ada yang bilang itu 'resilient'. Tapi lebih terasa 'mau kemana pasir yang sudah di pantai'.

Tapi malah di tahun ini juga air mata itu ditertawakan dengan  riangnya. Karena kesadaran bahwa air mata yang tertumpah sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dipetakan sebelumnya. Kesadaran ini membuat semua air mata jadi nikmat yang sedap banget. Yang membuat situasi 'my head under water, but i'm breathing fine'. Haha... 😉

"Berhenti". Kata ini akhirnya sampai juga. Mobil balap ini sudah memasuki lapangan parkirnya lagi. Mungkin kembali berhibernasi. Dengan senyum lega. Karena kalah atau menang bukan tujuan, ketika semua sudah diserahkan.

Om John Legend bilang,
I give all of me.
And you give me all of you.
Cards on the table,
We're both showing hearts.
Risking it all although its hard.

Dear God,
Thank you for this tremendous year...

Comments

Popular posts from this blog

Lonely 😔

Teruslah berkampanye!

Insecure