Kamukah itu?


Seorang bapak berusia senja setengah berlari menghampiri petugas penjaga stasiun. Dari tempat saya bersandar, tidak begitu jelas apa yang dikatakannya. Tapi wajahnya terlihat begitu panik.

"Ga ada disitu... ga adaa", hanya itu yang cukup jelas terdengar. Karena kata-kata itu diucapkan penuh penekanan dan dengan sedikit berteriak.

Petugas penjaga belum lagi sempat menjawab, ketika dari ujung peron seorang ibu yang tak lagi muda datang tergopoh-gopoh, sambil setengah berteriak "Paaak... paak...".

Buku yang saya baca, sudah saya tutup sejak bapak tadi menghampiri petugas penjaga. Berharap saya cukup fokus mendengar apa yang dikatakannya. Tapi bahkan sampai si ibu datang, tidak juga jelas percakapan mereka.

Lalu, wajah keduanya terlihat lega. Dengan mulut yang masih mengoceh bersamaan, tangan keduanya saling mengusap punggung masing-masing.

Hei! Tetiba novel yang bercerita tentang mahasiswa Indonesia di Jepang ini menjadi kalah menarik. Saya tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ikut merasa lega. Padahal hanya patahan kata yang saya dengar.

Entah bagaimana, keduanya terpisah. Sepertinya berhubungan dengan kamar mandi di dekat pintu keluar stasiun besar ini. Si bapak  berinisiatif menemui petugas penjaga stasiun dengan penuh kepanikan. Sementara si ibu ,yang baru keluar kamar mandi, juga panik. Hingga mereka bertemu di hadapan petugas penjaga.

Bukan... bukan bagaimana mereka terpisah. Tapi usapan berkali-kali di punggung yang saling mereka lakukan. Gerakan yang terlalu sederhana ketika diceritakan, tapi punya makna yang dalam ketika melihatnya dilakukan oleh 2 orang yang tak lagi muda dengan penuh kekhawatiran di raut wajah.

Takut kehilangan mungkin lebih pas untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan. Saling sayang, saling melindungi, walaupun sepertinya sulit untuk disampaikan dengan kata-kata.

Dan sebenarnya sulit juga menuliskannya di sini. Karena seberapa pun kata-kata yang saya gunakan, tidak cukup menggambarkan cuplikan gambar yang saya saksikan.

Hei, laki-laki dan perempuan memang makhluk yang diciptakan berbeda. Tapi Tuhan buat keduanya saling melengkapi.

A friend said,
there is always a three years old boy inside a man. So, you better be ready to play with them everyday.
And there is always a princess inside a woman.  She'll gives you the world, if you cherish her all the way.

Lalu dengan 'play with boy' dan 'cherish the princess' semua berjalan lancar begitu aja?
Tidak juga.

'The boy' ternyata punya kebutuhan untuk mendewasa. Caranya? Dengan dipercayai bahwa kedua tangannya mampu melindungi dan menghidupi keluarganya. Kepercayaan utuh tanpa syarat. Bukan dengan menempatkannya di 'pinggir jurang' terus menerus.

Dan 'The princess' juga butuh sesekali tidak dipuja. Memberinya kemandirian. Membiarkannya melihat dunia dengan langkah kecilnya. Tapi selalu bersiap kapanpun dia berlari pulang setelah perang.

Rumit? Pasti.
Maka lantas melihat pasangan yang tak lagi muda saling mengusap punggung dengan wajah khawatirnya, buat saya, adalah bukti perjuangan tanpa jeda.

Dan kamu.
Iya, kamu!
Kamukah temanku menua bersama?

Comments

Popular posts from this blog

Lonely 😔

Teruslah berkampanye!

Insecure