Tentara macam apa saya?


Al Arwaahu junudun mujannadah. Ruh ibarat tentara yang berbaris.

Setiap ruh akan berkumpul dengan yang serupa dengannya.

Saya ga ingat kapan dan siapa yang pertama kali mengenalkan hadits ini. Hadits imam bukhori muslim, muttafaqun alaih. Shohih.

Hadits ini seringkali menyadarkan saya. When I feel I'm not belong in some place atau ketika saya bingung setengah mati kenapa hal yang begitu sederhana tetapi sebegitu beda penafsirannya.

Ruh itu suci. Kecenderungan yang dimilikinya haruslah (pastinya) murni. Ga ada muatan apa-apa. Jujur karena rasa kecenderungan untuk bersama.

Kemudian saya jadi berpikir, ruh macam apa yang Allah tiupkan ke dalam jasad saya. Tapi saya ga bisa jawab.

Mencoba so iye yakin kalo ruh ini saya jaga keasliannya, tapi makin dipikir makin ga yakin. Karena ruh yang terjaga keasliannya, pasti ideal pemikiran maupun lakunya. Dan saya jauh dari itu 😣

Lalu saya berpikir, jika ruh berkumpul dengan yang serupa, dengan siapa saya berkumpul selama ini?

Berkumpul dan mengeluarkan pendapat, alhamdulillah saya melakukannya dengan banyak manusia. Tapi yang membuat saya nyaman pastilah ada pengecualiannya. Segelintir mereka yang membuat hati adem tanpa ada rasa syak yang menimbulkan prasangka.

Eits... ini bukan berarti yang membuat nyaman itu yang pendapatnya selalu sama yaa... ngga juga. Bisa jadi yang dicari malah orang yang kalo ngajak debat bisa bikin naek darah males turunnya. Bikin marah pengen ngamuk sambil nimpukin kuaci. Segerbong kreta. Sama gerbongnya juga. Hahaha...

Hadits ini juga yang memaksa saya memutar kepala, mengedarkan pandangan dan bertanya pada hati saya, siapa dia yang saya sedang berkumpul bersama.

Dan ada banyak rupa.

Si kayu bakar. Bersamanya selalu hangat. Banyak riuh tawa. Tapi sekelebatan saja, dia bisa membakar penuh bara dan tetap tertawa. Ah, dia bisa membunuh tapi tetap memasang senyum manis tanpa cela.

Si korban nestapa. Bersamanya selalu ada cerita betapa sulit hidupnya. Dia korban. Bahkan angin pun selalu tidak adil padanya. Terlalu banyak yang harus dikerjakan 2 tangannya. Tapi sayangnya, ketika ada yang bertanya apa yang bisa dibantu? Dia bilang tidak ada.

Si manis muka. Bersamanya kau akan merasa kamulah satu-satunya teman sejati. Sahabat karib. Cuma padamu dia ceritakan rahasia terdalamnya. Dan kamu percaya. Hingga satu hari kau temukan dia menggunakan nada bicara yang sama pada yang lainnya.

Si roket. Bersamanya kau selalu dalam keadaan siap tempur. Hidupnya dinamis. Kekuatannya selalu penuh. On fire teruus... tapi kau akan kaget betapa begitu cepatnya ia remuk redam.

Si bejo. Bersamanya kau akan merasa dunia ini lambat sekali berputar. Tak ada yang harus disegerakan. Tak perlulah sesuai dengan yang sudah kau katakan. Karena resiko itu milik masing-masing orang. Tapi herannya, bahkan yang paling dekat dengannya sekalipun tidak sadar kalau dirinya dinomerduakan. Ah.. beruntung sekali.

Berbaris bersama mereka, membuat saya serupa dengannya. Dan sungguh saya ingin lebih baik.

Comments

Popular posts from this blog

Lonely 😔

Teruslah berkampanye!

Insecure