Antara kopi, bajigur dan air mineral

Life is choices.
Haha... klise banget ya. Ungkapan klasik ini masih pas banget kok di era digital kayak sekarang.

Era dimana semuanya bergerak cepaat banget. Saking cepetnya, mau paket berapa puluh ribu seharipun tetep aja bela-belain dibeli. Beeuh! Eksis itu mihil, cuy.

Kecepatan itu membuat semua hal terseret-seret untuk ikut cepat. Seringkali karena keadaan sekitar memaksa harus begitu, kadang juga karena memang kita sendiri yang punya mau.

Tapi boleh banget kok untuk tidak bergeming dan memilih untuk kalem. Ga semua orang suka dengan kecepatan.

Sebagian dari kita malah lebih menikmati sruputan-sruputan pelan, dibiarkan menari dalam rongga lalu ditelan.

Ga semua yang cepat itu juga asik. Kebayang kalo nyruput kopi panas sekali tenggak. Phyuuhh.... membara dalam arti sebenarnya. Haha..

Lantas gimana kalo yang ga suka kopi panas?
Boleh aja kan minum bajigur adem dengan cepat?
Ya seperti nyruput kopi pelan-pelan itu sah-sah aja, nenggak bajigur adem juga syahduu... rapopo.

Perjalanan hidup tiap orang itu beda-beda macem teori kopi dan bajigur tadi. Membandingkan pencapaian atau yang ga dicapai seseorang dengan orang yang lain itu justru kurang kerjaan.
Karena kita ga akan paham kapan dia pake teori kopi, kapan dia pake teori bajigur, atau mungkin pake teori air mineral yang plain gitu aja. (Awas aja ada bahas teori jus ini ono).

Rumput tetangga lebih hijau tapi ga segar, atau mungkin lebih merah karena sedang meranggas (eh ini bukan buat rumput ya)... ya jadi susah untuk dijadikan patokan.
Kan kita ga tau itu rumput ga segar, padahal hijau, mungkin emang rumput artifisial di lapangan maen ball. Ya ga harus segar. Cukup dengan bersih dan hijau aja. Karena memang kebutuhannya bukan untuk jadi tempat piknik gelaran tiker di bawah pohon rindang.
Eh.. ada yang piknik di lapangan futsal ga sih?
 -_-

Pernah dengar "you've never been in my shoes"?
Lo ga pernah pake sepatu gw. Ukuran mungkin sama. Tapi tapak jari jempol yang lebih gede dari ukuran standar, jari klingling yang entah kenapa imut nian, sampe jari telunjuk kaki yang panjang melebihi ukuran, ituuu... jadi jejak-jejak yang bikin ukuran sama-sama 39, tapi rasanya malah longgar atau kesempitan.

So... daripada ni tulisan jadi ngebeberin soal ukuran-ukuran yang lain, mari sudahi dengan doa penutup majlis.
Astaghfiruka wa atuubu ilaik.

Kesimpulan? Terserah, mau kopi, bajigur atau cuka?
Haha...

Comments

Popular posts from this blog

Insecure

Cara mengoles racun kodok di mata panah 😫

#maslepasseragam