The Day 1

"Pergi haji gih," Bapak bilang di satu hari. Hari-hari galau ketika saya batal sidang skripsi karena dosen pendamping II ga bersedia menandatangani skripsi yang sudah saya selesaikan.

Kenapaaa? Sederhana saja. Beliau minta penelitian yang kualitatif itu dirubah menjadi kuantitatif. Dan saya ga mau!

Entah kemana saja Pak Dosen ini. Tanda tangan 4 bab sebelumnya lantjar djaya... ga pake rempong. Ga pake revisi. Dan dipastikan ga pake baca juga. Beliau tersadar di bab ke-5.

Dan di sinilah saya. Pulang ke Pulo Gebang setelah memastikan semua dosen saya yang lain tidak bisa menolong.

Melihat namamu dicoret dari peserta sidang skripsi yang sudah terjadwal itu pedih, jenderal!

Tapi lebih pedih lagi melihat pandangan bapakmu dalam tundukan dalam ketika kamu mencoba menjelaskan belum bisa 'selesai'.
Malu, marah, sedih dan murka itu bisa diaduk jadi satu. Maafin tia, Pak.

Bapak ga marah. Cuma diam. Dan lidah saya kelu. Tenggorokan serasa tercekik. Mata saya membuat bendungan luar biasa supaya isinya ga tumpah.

Saya yakinkan bapak, saya sudah kerjakan yang menjadi kewajiban saya. Buktinya dosen pembimbing I sudah tanda tangan.
Tapi Bapak ga tertarik dengan keruwetan semuanya. Bapak cuma diam.
Sampai akhirnya Bapak mengucapkan kalimat itu.

Saya melongo.
Saya tau Bapak sedang dapat rejeki besar. Saya pikir Bapak mau ganti mobil. Tapi kok malah . ...
"Ga usah, Pak. Bapak beli mobil aja," jawab saya, yang kemudian berlanjut dengan diskusi panjang.
Dan saya kalah.

Tahun kelima saya kuliah ini, Bapak memang seperti sedang menyiapkan semuanya.

Sepeda motor supra berwarna hitam dibelinya.
Katanya, "ini hadiah lu lulus kuliah". Padahal saya ga bisa mengendarai motor. Dan lulus juga belum.

Pertanyaan, "Punya pacar ga?" - pun ikut terlontar. Lumayan bikin bengong. Lalu Bapak cerita saudara jauh (eh ga jauh2 amat sii...) yang kirim salam kepingin besanan.

Sampai pertanyaan haji ini.
"Kalo berangkat sebelum nikah, enak. Dosa lu masih dikit. Kalo udah nikah dosanya banyakan. Udah berangkat sekarang aja!"
Wkwkwk.... babeh gw ngarti bgt kl nikah dosa gw banyakan (#eh plaak!)

Eniwey... saya setuju urus semuanya. Tapi deep down, saya lebih berharap gelar sarjana. Jadi saya masih bolakbalik Bandung, untuk mengecek apa ada perkembangan yang bisa membuat nama saya back on the list.

Tapi ga bisa!
Dosen pembimbing II termasuk dosen senior yang membuat dosen-dosen lain segan. Teman-teman baik hati yang mendorong saya untuk datang ke rumah beliau pun jadi saksi betapa susyeeee nye mendapatkan tanda tangan beliau.
Baru sampai depan pagar, eh pak dosen yang terhormat ini langsung bukain pagar. Bukan buat saya, tapiii....buat mengeluarkan mobilnya. Langsung cuss... diikuti pandangan melongo dan mulut menganga kami semua.

Ok, fine. Lets go home, Pat.

Comments

Popular posts from this blog

Insecure

Cara mengoles racun kodok di mata panah 😫

#maslepasseragam