Apakah mencitra itu dosa?

Beberapa orang hatinya sedemikian terasah. Dia akan dengan mudahnya menemukan kejadian-kejadian yang dirasa tidak semestinya. Seperti setiap kejadian itu ada baunya.

Beberapa orang juga sedemikian pintar menutupi hasratnya. Terlihat santai, woles, nothing to loose, padahal gejolak di dalam hatinya sama meletupnya.

Sebagian lagi memilih untuk berpijar tak kenal waktu. Meledak-ledak seperti kilat. Spontan untuk melemparkan hasrat. Sehingga letupan tampak berpijar di matanya, memerah di pipinya, dan berderap-derap di langkah kakinya.

Manusia itu makhluk paling unik.
Tidak akan tercipta sama, meski ada 5 milyar di dunia ini yang serupa.

Menciptakan citra itu biasa. Sudah bukan makanan langka. Bukan hanya di layar kaca kita melihatnya, bahkan dalam pantulan kaca pun bisa.

Apakah mencitra itu dosa?
Bukan juga.
Menanam citra itu keterampilan yang bisa diasah. Bisa direncana. Hingga menjadi mahir, tanpa harus tersingkir.

Keterampilan yang dimiliki semua?
Bukan juga.
Sebagian manusia lebih memilih menjadi apa adanya. Toh rasa suka, rasa percaya, rasa nyaman bersama bukan harus diminta.
Itu harusnya mengalir senormal mungkin.

Tak perlu kau jelaskan dirimu pada orang yang membencimu. Karena sungguh tidak akan berubah rasa itu. Juga tak perlu kau jelaskan dirimu pada dia yang menyukaimu. Karena dia juga tak butuh itu.

Comments

Popular posts from this blog

Insecure

Cara mengoles racun kodok di mata panah 😫

#maslepasseragam